Tuntutan
Pelengseran SBY dari Jabatannya
Selamat pagi
pemirsa, kembali bersama saya Anita Wahyuningsih di acara Seputar
Indonesia, untuk mengabarkan berita yang teraktual, tajam dan
terpercaya, yang kami rangkum dalam Seputar Indonesia Pagi. Dan
inilah berita selengkapnya.
Pemirsa,
pemerintahan SBY yang telah berlangsung selama 9 tahun terakhir
dirasa tidak membawa dampak perbaikan yang berarti. Puncaknya,
kemarin siang, 25 Maret 2013 terjadi berbagai bentuk protes di
berbagai daerah. Mereka meminta agar SBY dan wakilnya segera mundur
dari jabatannya.
Solidaritas mahasiswa peduli rakyat
Papua dan lembaga monitoring advokasi dan HAM Indonesia, Senin (25/3)
menggelar unjuk rasa di depan Monumen Mandala pembebasan Irian Barat,
Jalan Jenderal Sudirman, Makassar.
Mereka menuntut Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dan wakilnya Boediono lengser dari jabatan.
Aksi yang dikoordinasi Thomas C ini
menggunakan sejumlah antribut ciri khas Papua dengan memasang spanduk
putih bertuliskan Rebut kembali kemerdekaan Papua dan jadikan Papua
kembali bermartabat.
Tidak hanya menggunakan pakaian ciri
khas Papua, para pengunjuk rasa pun menggelar orasi secara bergantian
sembari membacakan pernyataan sikap mereka.
Mereka juga lebih banyak menyoroti
kejahatan kemanusian yang terus terjadi di Papua sejak 1963, yang
hingga kepempinan SBY-Boediono terus terjadi. Pemerintah memberi
status otonomi khusus, tapi tetap tidak ada manfaatnya bagi rakyat
Papua.
Mereka tetap terbelakang. Kebijakan
yang ada selalu saja menghasilkan pertentangan bahkan mengakibatkan
korban jiwa," ungkap Thomas dalam orasinya.
Dalam tuntutannya, para mahasiswa
Papua ini membaginya dalam delapan poin, yaitu dengan tidak
menjadikan Papua sebagai bagian politik. Segera tarik kembali pasukan
TNI/Polri dari tanah Papua.
Segera menghentikan kekerasan di tanah
Papua. SBY bertanggung jawab atas kematian-kematian rakyat Papua.
Hentikan otonomi khusus Papua. Pemerintah harus segera bertanggung
jawab atas pelanggaran HAM berat di Papua. Bertanggung jawab atas
eksploitasi sumber daya alam (SDA) di Papua dan bertanggung jawab
terjadinya kapitalisme dan kapitalisasi di Papua.
Atas semua tuntutan tersebut, sebelum
mengakhiri aksi, mahasiswa Papua yang merasa kecewa dengan
pemerintahan SBY-Boediono memberikan sebuah ancaman. "Jika
SBY-Boediono tidak lengser, maka Papua merdeka. Itu pilihan,"
tutup Thomas.
Di Jakarta, suasana Bundaran Hotel
Indonesia pada Senin (25/3) pagi, tampak berbeda.
Sebuah kendaraan besi barracuda
bersiaga penuh sejak pukul 7:00 tepat di depan Hotel
Grand Hyatt.
Tak jauh dari kendaraan lapis baja
tersebut tenda pos anti huru hara juga didirikan lengkap dengan
polisi bersenjata.
Setidaknya 2 batalyon pasukan polisi
atau setara dengan 700 pasukan disiagakan khusus di Bundaran HI saja.
Di depan Hotel Pullman tampak berjejer
kendaraan penenang massa mulai dari water canon, kendaraan rantis,
taktika, dan mobil antianarkistis.
Salah seorang warga, Ervi, 28,
mengatakan cukup kaget saat melihat kesiagaan aparat keamanan. Ervi
bahkan berniat pulang lebih cepat karena takut kerusuhan benar-benar
akan terjadi.
"Iya persiapannya kayak mau rusuh
besar-besaran. Jadi tadi kaget juga liat kendaraan besi gitu di HI,"
ucap karyawan salah satu bank swasta tersebut.
Kesiagaan aparat tersebut bermula dari
isu kudeta yang dihembuskan para penggelar aksi unjuk rasa kemarin
yang tergabung dalam Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI).
Aksi yang digawangi Adhie Massardi dan
Ratna Sarumpaet tersebut disebut-sebut akan menumbangkan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono dari jabatannya.
Meski pada Minggu (24/3) malam, aksi
tersebut sudah diberitahukan kepada polisi diubah menjadi bagi-bagi
sembako di kantor YLBHI, Jakarta Pusat.
Namun perubahan tersebut tak
menyurutkan kesiagaan aparat. Tak hanya polisi, personel TNI juga
turut membantu mengamankan sejumlah objek vital pemerintahan.
Di Balai Kota, misalnya, ratusan
aparat gabungan dari TNI-Polri bersenjata lengkap juga sudah siap
siaga mengamankan objek vital pemerintahan tersebut.
Namun tak seperti di bundaran HI, tak
tampak kendaraan lapis baja di Balai Kota.
Alasan MKRI mengubah demonstrasinya
menjadi aksi bagi-bagi sembako karena MKRI menilai ini bentuk
penampikan terhadap opini kudeta yang dibangun sejumlah oknum.
"MKRI sejak awal ingin
menyuarakan suara rakyat, ingin harga sembako turun," ujar
Sekretaris Jenderal MKRI, Adhie Massardi, saat berorasi di depan
kantor YLBHI, Jakarta, Senin (25/3).
Menurut dia, ini juga upaya untuk
menghindari tindakan anarkistis dalam berdemonstrasi.
"Ada massa nonaksi di depan
Istana yang mau dibentrokkan dengan kita. Jadi kita yang waras,
mengalah," tuturnya.
Bantahan tentang kudeta ini juga
dikemukakan politikus Permadi.
Di sini sebagian besar adalah ibu-ibu.
Apa mau kudeta? Pistol saja tidak punya, gimana mau kudeta. Kalau ada
yang mengatakan kudeta, bohong besar," tukas mantan anggota DPR
RI tersebut.
MKRI yang berorasi dan membagikan
sembako di depan Kantor YLBHI Jakarta tersebut mengakibatkan Jalan
Diponegoro menjadi padat merayap.
Menurut pengamatan Metrotvnews.com,
hanya satu jalur yang dapat dilalui di depan YLBHI.
Kendaraan harus mengantri karena jalan
hanya cukup untuk satu mobil. Polisi pun terlihat kewalahan mengatur
massa karena jumlah yang tak seimbang.
Berita tadi
menutup acara Seputar Indonesia pagi ini. Saya Anita Wahyuningsih
beserta crew yang bertugas mengucapkan terimakasih dan selamat
beraktivitas.