Senin, 25 Maret 2013

Tuntutan Pelengseran SBY dari Jabatannya

Selamat pagi pemirsa, kembali bersama saya Anita Wahyuningsih di acara Seputar Indonesia, untuk mengabarkan berita yang teraktual, tajam dan terpercaya, yang kami rangkum dalam Seputar Indonesia Pagi. Dan inilah berita selengkapnya.
Pemirsa, pemerintahan SBY yang telah berlangsung selama 9 tahun terakhir dirasa tidak membawa dampak perbaikan yang berarti. Puncaknya, kemarin siang, 25 Maret 2013 terjadi berbagai bentuk protes di berbagai daerah. Mereka meminta agar SBY dan wakilnya segera mundur dari jabatannya.
Solidaritas mahasiswa peduli rakyat Papua dan lembaga monitoring advokasi dan HAM Indonesia, Senin (25/3) menggelar unjuk rasa di depan Monumen Mandala pembebasan Irian Barat, Jalan Jenderal Sudirman, Makassar.
Mereka menuntut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan wakilnya Boediono lengser dari jabatan.
Aksi yang dikoordinasi Thomas C ini menggunakan sejumlah antribut ciri khas Papua dengan memasang spanduk putih bertuliskan Rebut kembali kemerdekaan Papua dan jadikan Papua kembali bermartabat.
Tidak hanya menggunakan pakaian ciri khas Papua, para pengunjuk rasa pun menggelar orasi secara bergantian sembari membacakan pernyataan sikap mereka.
Mereka juga lebih banyak menyoroti kejahatan kemanusian yang terus terjadi di Papua sejak 1963, yang hingga kepempinan SBY-Boediono terus terjadi. Pemerintah memberi status otonomi khusus, tapi tetap tidak ada manfaatnya bagi rakyat Papua.
Mereka tetap terbelakang. Kebijakan yang ada selalu saja menghasilkan pertentangan bahkan mengakibatkan korban jiwa," ungkap Thomas dalam orasinya.
Dalam tuntutannya, para mahasiswa Papua ini membaginya dalam delapan poin, yaitu dengan tidak menjadikan Papua sebagai bagian politik. Segera tarik kembali pasukan TNI/Polri dari tanah Papua.
Segera menghentikan kekerasan di tanah Papua. SBY bertanggung jawab atas kematian-kematian rakyat Papua. Hentikan otonomi khusus Papua. Pemerintah harus segera bertanggung jawab atas pelanggaran HAM berat di Papua. Bertanggung jawab atas eksploitasi sumber daya alam (SDA) di Papua dan bertanggung jawab terjadinya kapitalisme dan kapitalisasi di Papua.
Atas semua tuntutan tersebut, sebelum mengakhiri aksi, mahasiswa Papua yang merasa kecewa dengan pemerintahan SBY-Boediono memberikan sebuah ancaman. "Jika SBY-Boediono tidak lengser, maka Papua merdeka. Itu pilihan," tutup Thomas.
Di Jakarta, suasana Bundaran Hotel Indonesia pada Senin (25/3) pagi, tampak berbeda.
Sebuah kendaraan besi barracuda bersiaga penuh sejak pukul 7:00 tepat di depan Hotel Grand Hyatt.
Tak jauh dari kendaraan lapis baja tersebut tenda pos anti huru hara juga didirikan lengkap dengan polisi bersenjata.
Setidaknya 2 batalyon pasukan polisi atau setara dengan 700 pasukan disiagakan khusus di Bundaran HI saja.
Di depan Hotel Pullman tampak berjejer kendaraan penenang massa mulai dari water canon, kendaraan rantis, taktika, dan mobil antianarkistis.
Salah seorang warga, Ervi, 28, mengatakan cukup kaget saat melihat kesiagaan aparat keamanan. Ervi bahkan berniat pulang lebih cepat karena takut kerusuhan benar-benar akan terjadi.
"Iya persiapannya kayak mau rusuh besar-besaran. Jadi tadi kaget juga liat kendaraan besi gitu di HI," ucap karyawan salah satu bank swasta tersebut.
Kesiagaan aparat tersebut bermula dari isu kudeta yang dihembuskan para penggelar aksi unjuk rasa kemarin yang tergabung dalam Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI).
Aksi yang digawangi Adhie Massardi dan Ratna Sarumpaet tersebut disebut-sebut akan menumbangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dari jabatannya.
Meski pada Minggu (24/3) malam, aksi tersebut sudah diberitahukan kepada polisi diubah menjadi bagi-bagi sembako di kantor YLBHI, Jakarta Pusat.
Namun perubahan tersebut tak menyurutkan kesiagaan aparat. Tak hanya polisi, personel TNI juga turut membantu mengamankan sejumlah objek vital pemerintahan.
Di Balai Kota, misalnya, ratusan aparat gabungan dari TNI-Polri bersenjata lengkap juga sudah siap siaga mengamankan objek vital pemerintahan tersebut.
Namun tak seperti di bundaran HI, tak tampak kendaraan lapis baja di Balai Kota.
Alasan MKRI mengubah demonstrasinya menjadi aksi bagi-bagi sembako karena MKRI menilai ini bentuk penampikan terhadap opini kudeta yang dibangun sejumlah oknum.
"MKRI sejak awal ingin menyuarakan suara rakyat, ingin harga sembako turun," ujar Sekretaris Jenderal MKRI, Adhie Massardi, saat berorasi di depan kantor YLBHI, Jakarta, Senin (25/3).
Menurut dia, ini juga upaya untuk menghindari tindakan anarkistis dalam berdemonstrasi.
"Ada massa nonaksi di depan Istana yang mau dibentrokkan dengan kita. Jadi kita yang waras, mengalah," tuturnya.
Bantahan tentang kudeta ini juga dikemukakan politikus Permadi.
Di sini sebagian besar adalah ibu-ibu. Apa mau kudeta? Pistol saja tidak punya, gimana mau kudeta. Kalau ada yang mengatakan kudeta, bohong besar," tukas mantan anggota DPR RI tersebut.
MKRI yang berorasi dan membagikan sembako di depan Kantor YLBHI Jakarta tersebut mengakibatkan Jalan Diponegoro menjadi padat merayap.
Menurut pengamatan Metrotvnews.com, hanya satu jalur yang dapat dilalui di depan YLBHI.
Kendaraan harus mengantri karena jalan hanya cukup untuk satu mobil. Polisi pun terlihat kewalahan mengatur massa karena jumlah yang tak seimbang.


Berita tadi menutup acara Seputar Indonesia pagi ini. Saya Anita Wahyuningsih beserta crew yang bertugas mengucapkan terimakasih dan selamat beraktivitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar